Berita


Penanaman Karakter Melalui Kegiatan Ngosrek


Ngosrek di SMP Satu Atap Ciawi : Merawat Sekolah, Menanam Karakter

Kegiatan Ngosrek di SMP Satu Atap Ciawi, Kabupaten Purwakarta, merupakan praktik pembelajaran karakter berbasis aksi nyata yang dilakukan secara rutin oleh seluruh siswa dan guru. Istilah “Ngosrek” secara lokal berarti membersihkan lingkungan dengan telaten dan menyeluruh, mencakup aktivitas seperti menyapu lantai, mengepel ruang kelas, membersihkan halaman sekolah, hingga mengored tanaman liar di kebun sekolah. Pelaksanaan kegiatan ini dijadwalkan secara bergilir agar semua siswa dari berbagai jenjang kelas merasakan pengalaman langsung terlibat dalam merawat sekolahnya. Para guru turut serta membimbing dan memastikan kegiatan berjalan terstruktur, sehingga aspek edukatif dari kegiatan ini tidak terabaikan. Dengan demikian, Ngosrek menjadi wadah kolaboratif yang mengintegrasikan nilai kebersihan, kerja sama, dan kedisiplinan dalam satu bentuk praktik rutin.

Dari sisi lingkungan fisik, kegiatan ini memberikan dampak nyata terhadap kebersihan dan kenyamanan sekolah. Area dalam dan luar kelas tampak lebih terawat, tanaman lebih tertata, dan fasilitas sekolah jarang terlihat kotor. Namun lebih jauh dari sekadar aspek estetika, keterlibatan langsung siswa dalam menjaga kebersihan memberikan pembelajaran kontekstual mengenai tanggung jawab sosial. Ketika siswa melihat hasil dari kerja mereka—ruang kelas yang bersih atau taman sekolah yang indah—mereka merasakan kepuasan personal dan mengembangkan rasa memiliki terhadap lingkungan belajar. Menurut teori belajar konstruktivistik, pengalaman nyata semacam ini merupakan bentuk pembelajaran otentik yang berdampak pada pembentukan sikap dan perilaku jangka panjang (Suparno, 2001).

Kegiatan Ngosrek juga menjadi instrumen penting dalam membentuk karakter disiplin siswa. Setiap kelas memiliki jadwal dan area tanggung jawab yang telah ditentukan sebelumnya. Siswa dituntut hadir tepat waktu, mengenakan seragam kerja yang sesuai, serta membawa alat kebersihan seperti sapu, kain pel, atau gunting rumput. Apabila siswa lalai, akan ada konsekuensi yang disepakati bersama, sehingga mereka belajar bahwa disiplin bukan sekadar aturan, melainkan bentuk penghormatan terhadap tanggung jawab. Menurut Lickona (2004), pembiasaan melalui aktivitas nyata yang berulang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai karakter seperti kedisiplinan, terutama pada masa remaja yang rentan terhadap inkonsistensi sikap.

Selain itu, Ngosrek juga mendorong internalisasi nilai tanggung jawab pribadi dan kolektif. Dengan diberi kepercayaan untuk mengelola kebersihan lingkungan sekolah, siswa merasa memiliki peran aktif dalam menjaga fasilitas yang mereka gunakan setiap hari. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada area tugas individu, melainkan juga pada kerja tim yang harus diselesaikan bersama-sama. Ini memperkuat konsep akuntabilitas sosial—bahwa kegagalan satu individu dapat mempengaruhi hasil kerja kelompok. Pribadi dan Rosita (2022) dalam jurnal Pendidikan dan Karakter menegaskan bahwa pembiasaan tanggung jawab melalui praktik langsung lebih efektif dibanding pendekatan kognitif semata, karena melibatkan aspek afektif dan psikomotor siswa.

Nilai gotong royong pun tercermin kuat dalam pelaksanaan Ngosrek. Dalam setiap kelompok, siswa dituntut untuk bekerja sama, berbagi alat kebersihan, dan menyelesaikan tugas secara kompak. Tidak jarang terjadi diskusi kecil mengenai pembagian kerja atau saling bantu saat ada teman yang kesulitan. Interaksi sosial seperti ini memupuk empati, komunikasi, dan toleransi antar siswa dari berbagai latar belakang. Gotong royong sebagai nilai budaya Indonesia juga tercermin dalam prinsip kerja kolektif ini, dan merupakan bagian dari upaya sekolah dalam membumikan profil pelajar Pancasila. Menurut Amalia & Indrakurniawan (2023), gotong royong adalah fondasi penting dalam pendidikan karakter karena menumbuhkan solidaritas dan tanggung jawab sosial yang berkelanjutan.

Dampak jangka panjang dari kegiatan ini tidak hanya terlihat dari perubahan perilaku siswa, tetapi juga dari perubahan iklim sekolah. Sekolah menjadi lebih nyaman, relasi antar siswa dan guru lebih positif, serta tercipta budaya partisipatif di kalangan warga sekolah. Kegiatan yang semula dipandang sebagai tugas kebersihan lambat laun diinternalisasi sebagai bagian dari kehidupan sekolah yang harus dijaga bersama. Proses ini memperlihatkan bahwa pendidikan karakter tidak harus disampaikan dalam bentuk ceramah atau modul formal, melainkan bisa dibangun melalui rutinitas yang kontekstual dan bermakna. Hal ini sejalan dengan pendekatan school-based character education yang menekankan pentingnya keterlibatan aktif siswa dalam kehidupan sekolah sebagai sarana pengembangan karakter (Berkowitz & Bier, 2005).

Dengan demikian, Ngosrek bukan sekadar kegiatan membersihkan lingkungan, melainkan menjadi bagian dari strategi pendidikan karakter yang konkret, berdaya guna, dan membumi. Melalui praktik ini, siswa tidak hanya menjadi lebih disiplin dan bertanggung jawab, tetapi juga tumbuh sebagai individu yang mampu bekerja sama, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki integritas dalam tindakan. Ketika kebiasaan ini dibangun sejak dini, maka akan tercipta generasi yang memiliki kesadaran kolektif terhadap pentingnya lingkungan, etika kerja, serta solidaritas sosial. SMP Satu Atap Ciawi telah membuktikan bahwa pendidikan karakter bisa dilaksanakan dengan cara yang sederhana namun berdampak luas jika dilakukan dengan konsisten dan menyeluruh.

@Yuni_Sundari

Bagikan :
Kirim Pesan

Pencarian

Kontak

Alamat :

Jl. Desa Ciawi RT 04/01 Kec. Wanayasa Kab. Purwarta 41174

Telepon :

081210897276 - 083113355789

Email :

smpnsatapciawiwanayasa@gmail.com

Website :

smpnsatuatapciawi.sch.id

Media Sosial :

Kalender

Desember 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31